Minggu, 16 April 2017

Sisi Lain dari Membaca Fiksi

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum wr.wb

Mulai dari mana yah enaknya?

Oh iya.

Belakangan ini, gue pernah baca postingan dari blog LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) apaaa gitu, gue lupa namanya. Di sana tertulis bahwa mereka ingin menumbuhkan minat baca di kalangan mahasiswa. Lalu, di sisi lain, mereka juga menyinggung sedikit tentang membaca. Mereka mengatakan bahwa mereka menyayangkan jika kebanyakan mahasiswa cenderung menyukai bacaan seperti fiksi dan komik-komik. Karena mereka menganggap bahwa komik memiliki isi yang ringan ketimbang buku akademis lainnya.


Oke, gue tahu bahwa niat mereka baik, yaitu menumbuhkan minat baca di kalangan mahasiswa. Apalagi, mengingat mahasiswa digadang-gadang sebagai agen perubahan. Maka dari itu, mahasiswa setidaknya memberi kontribusi kepada negara dengan berbagai karya dan prestasi yang dapat dibanggakan. Memberi kontribusi kepada negara dengan karya tidaklah semudah yang dibayangkan. Diperlukan berbagai jurnal ilmiah, buku-buku akademis, dan buku-buku yang (menurut gue) membosankan untuk dibaca. Gue juga tahu bahwa menumbuhkan minat membaca seperti itu butuh perjuangan yang keras, mengingat gue juga pernah membuat karya ilmiah dan essay ilmiah, dan itu sangat-sangat membosankan ketika gue baca jurnal-jurnal ilmiah internasional. Namun apakah bagi mereka yang masih kurang tertarik dengan hal-hal yang berbau akademis tersebut berminat membacanya?

Nah, di sinilah gue sangat menyayangkan pendapat mereka tentang mahasiswa cenderung memilih buku fiksi dan komik. Mereka menganggap bahwa membaca buku fiksi adalah tindakan yang sia-sia dan kurang bermanfaat. Namun, apakah mereka tidak menyadari bahwa buku fiksi seperti novel juga mengandung berbagai pengetahuan?

Pernah menyadari bahwa mahasiswa jepang mirip seperti di Indonesia? Mereka menginginkan revolusi dengan cara yang sama, yaitu dengan cara demonstrasi. Dulu gue merasa bahwa demonstrasi di kalangan mahasiswa hanya dilakukan oleh mahasiswa Indonesia semata. Ini saya ketahui dari beberapa buku karangan beberapa penulis yang berasal dari Jepang. Gue juga mengetahui pengetahuan tentang saham dari bukunya Tere Liye yang berjudul Tentang Kamu. Di sana juga tertulis tentang asal-usul nama "Pedagang Kaki Lima". Nama pedagang kaki lima maksudnya bukanlah pedagang yang menggunakan gerobak beroda tiga. Namun, pada saat masa penjajahan Belanda dulu, jalan di sekitar trotoar harus memiliki lebar 1,5 meteran atau 5 kaki agar pejalan kaki tidak saling senggolan. Nah, orang Belanda saat itu menggunakan satuan kaki atau feet. Karena bahasa kita sedikit berbeda dengan bahasa Inggris, maka rakyat Indonesia menyebutnya kaki lima, padahal maksud orang Belanda saat itu adalah 5 kaki. Nah, di trotoar itulah para pedagang menjajakkan dagangannya. Maka hingga saat ini budaya itu masih dilestarikan termasuk penyebutan pedagang tersebut.

Nah, beberapa pengetahuan tersebut tidak pernah gue pikirkan untuk mencari-cari nya. Pengetahuan tersebut gue dapatkan ketika membaca buku fiksi. Dan apakah mereka menyadari bahwa beberapa penemuan sekarang ini terinspirasi dari komik-komik? Seperti metode mengangkat kapal yang tenggelam? Teknologi VR yang sekarang kita nikmati ini? Dan gue yakin masih banyak pengetahuan yang dapat didapatkan dari karya-karya fiksi yang sudah ada ini.  Bahkan, dari novelnya 1Q84 dari Haruki Murakami, gue mendapat pengetahuan tentang bagaimana bersikap formal saat berada di lingkungan formal, mengetahui berbagai jenis minuman keras dan apa sisi positifnya.

Memang, di dalam buku fiksi porsi pengetahuannya terbilang sedikit. Penulis hanya memainkan imajinasinya lalu menyampaikannya dengan permainan kata sehingga kita seolah-olah menyaksikan apa yang ada di dalam kepalanya. Namun lebih daripada itu, buku-buku fiksi mampu menyampaikan berbagai pengetahuan dengan cara yang menarik. Sehingga pembaca juga mendapat sisi akademis dari membaca buku-buku tersebut. Walaupun porsinya kecil, namun dengan cara itu, pembaca tertarik dan mendalami pengetahuan apa yang disampaikan oleh penulis tersebut.

Gue tidak menyarankan kalian harus membaca buku fiksi, tidak. Namun akan salah kaprah ketika kalian menganggap fiksi tersebut tidak ada gunanya. Dengan membaca novel, kalian mampu memperluas daya imajinasi kalian. Dengan begitu, kalian tidak terlalu bosan dengan dunia yang monoton ini.

Saya hanya menyarankan untuk kalian, bahwa perbanyaklah membaca. APAPUN bahan bacaannya. Selama penulisnya bermaksud baik dan tidak mengandung unsur-unsur radikalisme dalam penulisannya, kalian bebas untuk membaca segala genre buku.


Demikian yang ingin gue sampaikan.
Pesan gue, perbanyaklah membaca literatur agar pengetahuanmu luas.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca Yang Baik akan selalu memberi komentar yang baik