Yang tak bersalah dianggap bersalah

Postingan kali ini tentang pengalaman gue. Berbeda dengan postingan pengalaman yang sebelumnya yang menceritakan masa kecil gue yang suram, sekarang gue menceritakan pengalaman pahit diantara yang pahit yang pernah gue alami.

Ceritanya gini, gue tadi malem belajar Matematika bab Trigonometri. Buat gue ini mungkin sedikit lebih sulit dari bab yang pernah gue pelajari, jadi gue memutuskan untuk belajar semaleman. Dari habis
Maghrib gue belajar. Jam setengah 7 gue les sambil membawa Catatan Trigonometri gue yang terdiri dari 12 lembar kertas HVS dan dibagi 2. Gue berharap di les gue bertemu pelajaran Matematika, ternyata jadwalnya Kimia. Beruntung yang dipelajari di Kimia itu materi yang mudah dimengerti. Sehingga mudah bagi gue menjawab kuis yang diberikan tentor les. Karena diantara mata pelajaran Matematika yang sangat gue gemar, maka di sisa menit terakhir les itu gue habiskan belajar Trigonometri sendiri dikelas. Gue pulang, merebahkan badan ke kasur, membuka catatan Trigonometri dan belajar sendiri dengan sangat serius sendiri dengan berbekal catatan dan 5 lembar kertas HVS kosong. Di akhir gue belajar Trigonometri dan memutuskan untuk tidur, gue baru sadar, 5 lembar kertas HVS tersebut sudah penuh. Sejak itulah gue tau kalo gue suka Trigonometri. Gue masukkan catatan gue ke kertas HVS Kosong lagi untuk persiapan ulangan besok. Gue lipet 2, gue masukkin kedalem Map gue berwarna hijau yang setiap sekolah selalu gue bawa.

Besoknya, ketika mata pelajaran jam ketiga yaitu Fisika, kami sekelas diizinkan oleh guru Fisika kami untuk belajar Matematika karena habis pelajaran Fisika langsung dihadapkan dengan Matematika. Kami belajar sangat serius, apalagi gue. Sip, pelajaran Fisika selesai. Matematika dimulai. Kami masih diizinkan belajar oleh guru Matematika kami untuk mempersiapkan materi untuk bahan Ulangan Harian nanti. 

Sebelum Ulangan di Mulai, Guru kami udah pernah bilang kalo kita nggak boleh nyontek dan kerja sama didalam ulangan. Kalo ada yang ketahuan (mencontek) maka nilainya langsung 0. Mau dapat 1 pun nggak apa, beliau akan membantu nilai tersebut kalo kami rajin maju dan jujur. Oke, gue nyantai aja. Karena didalam Matematika, gue mengharamkan diri sendiri untuk mencontek buku. Oke, dipelajaran lain gue mau mencontek, tapi dipelajaran Matematika gue nggak mau nyontek sama sekali. Gue mau nge-test kemampuan menghitung gue. 

Ulangan dimulai, tas harus udah taruh didepan kelas , supaya nggak ada yang bisa dicontek. Sementara meja gue, berantakan semua. Buku Matematika , Buku Fisika , Map , beberapa kertas, kotak pensil, semua berserakan sementara tas udah harus didepan kelas. Gue grasak-grusuk ngerapiin meja gue yang udah kayak kapal pecah tersebut. Akhirnya selesai dengan sebuah kotak pensil,  3 lipatan kertas HVS Kosong, dan pensil untuk menulis. 1 hal yang canggung, dikertas HVS tersebut, ternyata tebal padahal cuma 3 lembar yang dilipat 2. Gue nggak menghiraukan hal tersebut.

Ulangan berjalan cukup lancar, dengan 2 dari 8 soal sudah gue kerjakan dalam waktu 25 menit (kalo nggak salah). Disaat mau mengerjakan soal nomor 8 (gue langkauin karena yang lain lebih sulit), gue pindah kertas coretan. Dari paling depan ke paling tengah dari kertas coretan itu. Karena dibagian tengah adalah bagian yang paling hancur. Itu disebabkan karena gue mengerjakan soal Identitas Trigonometri. Banyak coretan yang bahkan gue nggak bisa baca di kertas yang gue udah kutuk menjadi catatan hancur. Pada saat gue membuka HVS bagian tengah tersebut, gue kaget, karena gue menemukan catatan yang 6 lembar yang dibagi 2 tersebut. Oke, gue ketakutan karena kalo ketahuan, bakalan habis nilai gue. Sumpah, gue nggak ada nyalin satupun angka di catatan gue tersebut. Gue membiarkannya ditengah tetapi gue nggak ngeliatnya sambil mengerjakan soal tersebut dengan bagian lain gue tutupin karena takut ada yang nyontek (oke, ini memang berlebihan). 

Pada saat jam 11 kurang 15 menit, gue kaget karena gue ketahuan menyimpan barang tersebut. Dengan berbagai alasan yang gue udah jujur dan berkata gagap (karena gue emang gagap), beliau tetap mengambil soal, jawaban, coretan, dan catatan gue tersebut. Dia berkata kalo nilai gue tetap 0. Gue meminta untuk mengerjakannya ulang, tetapi tetap tidak mau. Jadilah gue melongo diatas kursi gue dengan hati yang sedih. Bagaimana enggak, gue benar2 nggak ada berbuat hal curang dari SD sampai SMP dalam pelajaran Matematika, tetapi gue dituduh melakukan hal itu. Gue meminta catatan gue dikembalikan untuk sewaktu-waktu gue pengin belajar lagi, tetap saja tidak mau dikembalikan. 

Gue benar-benar beruntung, gue mendapatkan teman di HIPSTAS (nama kelas X MIPA 1), karena mereka selalu menghibur gue selagi gue ada masalah dengan cara yang benar-benar asyik. Thanks Bro.

Gitu ceritanya, nahh, sekarang gue mau nanya,

1. Apa yang seharusnya gue lakukan ?

- Membiarkan saja sambil menunggu Remidi

- Menjelaskan ke Beliau kalo gue nggak salah

2. Apa menurut kalian gue ini memang bersalah ?

Sekian dari gue, gue berharap kalian dapat mengambil pelajaran dari cerita gue dan menjadikan itu sebagai motivasi kalian untuk tetap belajar. Terima Kasih.

Persiapkanlah sesuatu sampai benar-benar matang. Jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.