Sabtu, 09 Agustus 2014

Surat Terakhir Untukmu, Liz

Halo Liz. Sudah tidak terasa kita sudah tidak menatap satu sama lain, walaupun aku yang menatapmu dan kamu tidak balas menatap. Aku rindu melihat matamu yang bersinar, mendengar suaramu yang indah, senyum manismu itu yang tidak bisa kulupakan dan akan terus terpikirkan olehku setiap aku mau pergi ke alam mimpi. Entah bagaimana dan mengapa engkau meninggalkanku, tapi percayalah, aku selalu menantikanmu liz. Dan dengan surat ini, aku ingin mengingatkanmu tentang masa-masa indah kita dulu.

Liz, aku pernah bermimpi tentang kita berdua. Kita saling bertatapan satu sama lain diiringi oleh bergantinya langit senja ke malam yang gelap pada sebuah surga pantai yang ada di mimpiku liz. Saat itu aku menggenggam tanganmu, engkau membalas menggenggam tanganku dengan erat. Ombak langsung berkejaran kearah kita waktu itu. Hatiku saat itu benar-benar seperti ditaburi benih cinta yang akan berubah menjadi tunas. Dan pada saat aku mendekatkan bibirku ke keningmu, engkau melepaskan genggamanmu dan pergi menjauh dariku. Semakin aku berusaha mengejarmu, bayanganmu semakin lama semakin hilang dari pandanganku. Ketika aku terjaga, kupikir itu mimpi indah, tapi aku tidak tahu itu artinya apa liz. Bisakah engkau menjelaskan?


Aku juga teringat tentang momen pertama kita bertemu, liz. Saat itu dirimu sedang mengambil gambar dengan kameramu di tepi pantai untuk mengambil momen sunset, aku tiba-tiba melintas ditengah engkau mengambil gambar. Setelah itu engkau marah kepadaku. Engkau mengomeliku banyak sekali dengan kata yang berulang. Aku meminta maaf beberapa kali sambil menundukkan muka. Aku tau momen itu sangat langka bagi photographer. Tapi pada saat aku memutuskan untuk pergi, dan meninggalkanmu, aku mengangkat mukaku. Dan melihat wajahmu. Bagaikan melihat durian besar yang jatuh tapi bukan pada saat musim durian. Aku sangat beruntung bertatap mata denganmu liz. Matamu saat itu sangat menakutkan saat sedang marah, akan tetapi indah. Wajahmu memerah karena amarah yang engkau keluarkan kepadaku. Saat itu aku tidak tahu, apakah aku harus bersyukur atau merasa bersalah liz. Dan besoknya aku mengetahui bahwa engkau sekelas denganku pada saat hari penerimaan siswa baru disekolah.

Aku juga tidak melupakan saat engkau memberikan hadiah ulang tahunku. Aku sama sekali tidak menyangka engkau akan memberikanku surprise yang mengejutkan seperti itu. Saat itu aku sedang menonton film horror, entah darimana engkau tahu bahwa aku sedang menonton film horror, engkau masuk kekamarku dengan memakai pakaian dress putih yang panjang sampai kakimu. Dengan mengoleskan eyeliner pada sekitaran matamu, engkau sangat menyeramkan waktu itu, bahkan aku tidak mengetahui bahwa itu adalah dirimu. Lalu engkau memberikanku sebuah kue yang motifnya berbentuk lambang Klub Sepakbola favoritku. Aku sangat bahagia sekaligus terkejut pada saat itu liz. Kau tahu karena apa? Karena engkau satu-satunya yang mengetahui bahwa hari itu adalah hari lahirku.

Hai liz. Apa kau mengetahui bahwa saat sekolah aku selalu mengagumimu diam-diam? Aku selalu melihat timeline twittermu setiap hari untuk mengetahui bahwa engkau masih sendiri dan tidak ada orang lain yang mendampingimu. Aku sangat senang mengetahui bahwa engkau masih sendiri. Aku saat itu berada didepan bangkumu, aku ingin melihat wajahmu, tetapi dengan melihat jam dikelas. Saat selesai melihat jam, aku langsung melihat wajahmu, dan pada saat engkau menatapku, aku langsung salah tingkah dan mataku menuju papan tulis. Saat itu aku menyadari bahwa aku sebenarnya memakai jam tangan. Aku tahu itu sangat konyol liz, tetapi kalau itu bisa melihat wajahmu, aku akan melakukannya setiap saat.

Aku tau liz. Aku tahu bahwa aku ini bukanlah orang yang ingin engkau cintai. Aku tau bahwa engkau melakukan itu semua hanya karena kasihan melihatku yang menderita penyakit kronis yang kualami sejak lama. Tetapi mengapa engkau tidak memberitahuku sejak awal liz? Kini kau sedang bergandeng tangan dengan seseorang. Aku tahu semua itu karena sejak lama aku ini memang pengagum misterius untukmu. Kukira kalian hanya berteman, namun semua dugaanku sirna semenjak aku melihat lelaki itu mencium keningmu.

Aku tahu bahwa selama ini aku salah liz. Aku bahkan tidak pernah mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu. Aku terlalu gugup untuk mengatakan itu padamu. Bahkan saat kita bertatap mata satu sama lain, aku merasa tidak bisa berbicara. Tapi apakah engkau tidak peka dengan apa yang kulakukan padamu selama ini liz?

Liz, mungkin surat ini yang terakhir untukmu. Mungkin ini adalah satu-satunya surat yang engkau baca. Aku telah mengirim puluhan surat kepadamu liz. Aku tidak tahu apakah engkau membacanya atau tidak. Aku sekarang bahkan tidak mengetahui engkau sekarang tinggal dimana, kabarmu pun aku tidak pernah tahu. Semoga engkau dan lelaki yang engkau cintai selalu menjadi pelengkap ruang kosong hatimu.

Selamat tinggal liz. Selamat tinggal dunia. Ibu, Ayah, anakmu ini akan menyusulmu menuju surga.

:)

2 komentar:

  1. Tebakan gue melenceng nih. Gue kira Liz nya yang hanya pergi meninggalkan, ternyata si 'aku' malah meninggalkannya juga, ke alam yang lain. Lumayan.
    Kalau gue tebak, kayaknya di cerita ini, lu ga benar benar mencintai Liz. Bisa dilihat dari namanya yang banyak sekali yang tidak memakai huruf kapital. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah. Makasih banyak atas kritikannya mas Billy. Saya masih perlu banyak belajar lagi dalam membuat cerpen :)

      Hapus

Pembaca Yang Baik akan selalu memberi komentar yang baik